Semangka

Semangka (Citrullus lanatus) merupakan tanaman rambat tahunan yang berasal dari Afrika dan kini telah dibudidayakan secara luas di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tanaman dari famili Cucurbitaceae ini memiliki siklus pertumbuhan yang relatif cepat, yaitu sekitar enam bulan, sehingga cocok untuk dikembangkan sebagai komoditas pertanian. Semangka tidak hanya digemari karena rasanya yang manis dan menyegarkan, tetapi juga karena kandungan airnya yang tinggi—mencapai sekitar 92 persen—yang membuatnya sangat cocok dikonsumsi di daerah tropis. Selain itu, semangka juga kaya akan nutrisi seperti karbohidrat, serat pangan, vitamin A, C, B1, dan B6, serta mineral seperti kalium dan magnesium.
Namun, terlepas dari nilai gizinya yang tinggi, semangka kerap kali hanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Banyak masyarakat belum menyadari potensi semangka sebagai sumber senyawa bioaktif yang memiliki manfaat terapeutik, khususnya dalam mencegah penyakit degeneratif. Sebagian besar penjualan semangka di pasar tradisional maupun modern masih dalam bentuk buah utuh tanpa nilai tambah, yang menunjukkan adanya kesenjangan antara potensi dan pemanfaatan buah ini. Padahal, kandungan senyawa fenolik dan karotenoid di dalam daging buah semangka—khususnya pada varietas semangka daging merah—menjadikannya sebagai kandidat kuat dalam pengembangan produk pangan fungsional yang dapat menunjang kesehatan masyarakat luas dengan biaya yang terjangkau.
Salah satu senyawa penting dalam semangka adalah likopen, pigmen karotenoid yang bertanggung jawab atas warna merah cerah pada daging buah. Likopen telah dikenal luas sebagai antioksidan kuat yang dapat membantu menangkal radikal bebas, menurunkan risiko kanker, penyakit jantung, dan gangguan metabolik lainnya. Selain likopen, semangka juga mengandung berbagai vitamin penting seperti vitamin A (retinol), vitamin C (asam askorbat), dan vitamin E (alfa-tokoferol), yang semuanya memiliki sifat antioksidan. Menariknya, semangka juga merupakan sumber alami sitrulin, asam amino non-esensial yang berperan dalam produksi oksida nitrat dan memiliki manfaat sebagai vasodilator alami, mendukung sirkulasi darah dan fungsi kardiovaskular.
Untuk memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah penelitian eksperimental dilakukan oleh Bahrudin dkk., (2025) dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Penelitian yang telah diterbitkan dalam Tropical Journal of Pharmaceutical Research (Pharmacotherapy Group) ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara kualitatif senyawa bioaktif dalam ekstrak buah semangka merah varietas Setabindo-1 menggunakan metode liquid chromatography-mass spectrometry (LC-MS/MS).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif LC-MS/MS, metode analitik yang menggabungkan pemisahan kromatografi cair dengan deteksi massa spektrometri bertingkat, yang memungkinkan identifikasi molekul secara sensitif dan spesifik. Sampel daging buah semangka diekstraksi menggunakan campuran pelarut n-heksana, aseton, dan etanol 96%, lalu dianalisis dengan sistem UHPLC Thermo Vanquish dan spektrometer massa Thermo TSQ Fortis triple quadrupole menggunakan mode ionisasi elektrospray positif. Target analisis meliputi likopen, sitrulin, vitamin A, vitamin C, dan vitamin E berdasarkan nilai m/z (massa terhadap muatan) khas dari masing-masing senyawa.
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa senyawa utama yang teridentifikasi meliputi likopen (retention time 1.08 menit), retinol/vitamin A (1.14 menit), sitrulin (1.23 menit), asam askorbat/vitamin C (1.35 menit), dan alfa-tokoferol/vitamin E (9.93 menit). Semua senyawa ini memiliki karakteristik antioksidan yang kuat dan peran penting dalam menjaga kesehatan, termasuk dalam menangkal radikal bebas, menjaga fungsi jantung dan pembuluh darah, serta meningkatkan sistem imun. Likopen sendiri diketahui merupakan senyawa dominan dalam varietas semangka berdaging merah dan menyumbang sekitar 84–97% dari total kandungan karotenoid pada buah tersebut.
Pada akhirnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa semangka merah varietas Setabindo-1 memiliki potensi besar sebagai sumber pangan fungsional alami. Identifikasi senyawa bioaktif seperti likopen, vitamin A, C, E, dan sitrulin menjadi dasar bagi pengembangan lebih lanjut semangka sebagai komoditas bernilai tambah dalam bidang kesehatan dan nutrisi. Selain manfaat kesehatan, temuan ini juga membuka peluang pengembangan produk turunan semangka—seperti suplemen alami atau minuman bergizi—yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat modern akan pangan sehat, praktis, dan bernilai gizi tinggi.